Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembankit
listrik termal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reactor
nuklir pembangkit listrik.
PLTN
termasuk dalam pembangkit daya base load yang dapat bekerja dengan baik
ketika daya keluarannya konstan (meskipun pembangkit boiling reactor dapat
turun hingga setengah dayanya ketika malam hari). Daya yang dibangkitkan per
unit pembangkit berkisar dari 40 MWe hingga 1000 MWe.
PLTN dikategorikan
berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Namun pada beberapa pembangkit yang
memiliki beberapa unit reaktor yang terpisah memungkinkan untuk menggunakan
jenis reaktor yang berbahan bakar seperti Uranium dan Plutonium.
Reaktor nuklir adalah suatu tempat atau perangkat
yang digunakan untuk membuat, mengatur, dan menjaga kesinambungan reaksi
nuklir berantai pada laju
yang tetap. Berbeda dengan bom nuklir,
yang reaksi berantainya terjadi pada orde pecahan detik dan tidak terkontrol.
Reaktor nuklir
digunakan untuk banyak tujuan. Saat ini, reaktor nuklir paling banyak digunakan
untuk membangkitkan listrik. Reaktor penelitian digunakan untuk pembuatan radioisotop (isotop radioaktif) dan untuk
penelitian. Awalnya, reaktor nuklir pertama digunakan untuk memproduksi plutonium sebagai bahan senjata
nuklir.
Saat
ini, semua reaktor nuklir komersial berbasis pada reaksi fisi
nuklir, dan sering dipertimbangkan masalah risiko keselamatannya.
Sebaliknya, beberapa kalangan menyatakan bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan cara yang aman dan bebas
polusi untuk membangkitkan listrik. Daya fusi merupakan teknologi ekperimental yang
berbasi pada reaksi fusi
nuklir. Ada beberapa piranti lain untuk mengendalikan reaksi nuklir,
termasuk di dalamnya pembangkit
thermoelektrik radioisotop dan baterai atom, yang
membangkitkan panas dan daya dengan cara memanfaatkan peluruhan radioaktif
pasif, seperti halnya Farnsworth-Hirsch
fusor, di mana reaksi fusi nuklir terkendali digunakan untuk menghasilkan radiasi neutron.
1. REAKSI FUSI & FISI
Secara umum, energi nuklir dapat dihasilkan melalui
dua macam mekanisme, yaitu
a.
Pembelahan inti atau reaksi fisi
b.
Penggabungan beberapa inti melalui Reaksi
fusi.
Sebuah inti berat yang ditumbuk oleh partikel
(misalnya neutron) dapat membelah menjadi dua inti yang lebih ringan dan
beberapa partikel lain. Mekanisme semacam ini disebut pembelahan inti atau fisi
nuklir. Contoh reaksi fisi adalah uranium. Selain itu reaksi fisi juga
menyisakan unsur-unsur yang bersifat radioaktif atau meluruh (memancarkan
partikel alfa, beta dan sinar gamma) dalam jangka waktu sangat lama, bahkan
jutaan tahun. Radiasi yang dihasilkan sangat berbahaya bagi manusia, karena
dapat memutasikan manusia secara acak. Mutasi banyak menyebabkan tumbuhnya
kanker atau disfungsi organ manusia. Radiasi ini menyebabkan hal-hal mengerikan
hanya dalam dosis tertentu. Radiasi ini bukan tidak bisa di kontrol. Penanganan
yang baik terhadap sampah sampah sisa reaksi fisi akan menghindarkan kita dari
hal-hal yang tidak diinginkan. Negara-negara pengguna energi nuklir saat ini
juga sedang mencari tempat yang baik untuk mengubur sampah nuklir ini agar
terhindar dari manusia dan hal-hal yang bisa dirusaknya.
Reaksi fisi bukanlah satu-satunya reaksi yang terjadi
pada inti. Reaksi fusi mempunyai prospek yang lebih menjanjikan. Namun
pemanfaatannya masih relatif sulit. Reaksi fusi adalah reaksi bergabungnya dua inti menjadi satu.
Pada proses ini inti baru mempunyai kehilangan massa dari dua inti penyusunnya,
kehilangan massa ini berubah menjadi energi. Saat ini inti yang sering di
fusikan isotop hidrogen, yaitu hidrogen
yang mempunyai neutron di intinya. Reaksi fusi tidak menyisakan unsur radioaktif,
dan otomotasi relatif lebih aman. Dan lagi bahan untuk reaksi ini tergolong
sangat banyak dimuka bumi ini. Tapi karena kurangnya pemahaman manusia mengenai
inti membatasi kita untuk pemanfaatannya. Saat ini manusia baru mengenal metode
thermo nuklir untuk melaksanakan reaksi fusi, dan terbaru menggunakan teknologi
laser. Namun semua itu masih dalam ukuran percobaan. Teknologi nuklir yang
paling banyak digunakan saat ini adalah teknologi fusi dengan bahan bakar
sekali pakai (once through). Teknologi ini menggunakan uranium alam sebagai
bahan bakar. Dengan jumlah PLTN seperti saat ini, uranium alam yang tersedia
akan habis dalam waktu kurang lebih satu abad. Jika jumlah konsumsi energi
nuklir meningkat maka tentu akan habis dalam waktu yang lebih singkat.
Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_listrik_tenaga_nuklir
Komentar
Posting Komentar